Pengertian
TV Digital
Di era teknologi digital saat ini
telah berkembang suatu paradigma baru yaitu masyarakat yang disebut sebagai
“Knowledge Based Society” atau masyarakat yang berbasis pada pengetahuan. Yaitu
masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kemampunan untuk mengakses dan
memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan
kualitas kehidupan. Selain itu, di era teknologi digital ini telah terjadi konvergensi
teknologi dalam media penyiaran (broadcasting), media telekomunikasi dan media
teknologi informasi, misalnya siaran TV bisa dilihat di HP, siaran TV dilihat
melalui internet, demikian juga dengan adanya penyiaran TV digital nantinya
akses internet pun dapat melalui TV.
Televisi digital atau penyiaran
digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem
kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. TV
Digital bukan berarti TV yang digital, namun lebih kepada sinyal yang
dikirimkan adalah sinyal digital atau mungkin lebih tepatnya adalah siaran
digital (Digital Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau high-definition
television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan
dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang jauh
lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar
berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas
daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL
yang digunakan di TV analog.
Perbedaan mendasar antara TV Digital dengan TV Analog
Perbedaan
yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital
terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin
jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar
menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang
jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat
diterima lagi.
Perbedaan
TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistem transmisi pancarannya.
Kebanyakan TV di Indonesia masih menggunakan sistem analog dengan cara
memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier, sedangkan pada pada sistem
digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di
pancarkan.
Orang awam
pun dapat membedakan dengan mudah, jika TV analog signalnya lemah (semisal
problem pada antena) maka gambar yang diterima akan banyak ‘semut’ tetapi jika
TV Digital yang terjadi adalah bukan ‘semut’ melainkan gambar yang lengket
seperti kalau kita menonton VCD yang rusak. Kualitas Digital jadi lebih bagus,
karena dengan Format digital banyak hal dipermudah. Siaran TV Satelit Dulu
memakai Analog. Sekarang sudah banyak yang digital. Tidak semua TV satelit
memakai sistim Digital. Di beberapa satelit Arab banyak yang memakai mode
analog. Sebenarnya untuk menerima siaran digital untuk TV yang analog tidaklah
terlalu mahal. Receiver ini hanya tinggal pasang antena dan kemudian AV nya
colokkan ke TV. Untuk siaran TV satelit namanya DVB-S (Digital Video Broadcasting
– Satelite). Sedangkan untuk di daratan namanya DVB-T(Digital Video
Broadcasting – Terresterial). Jika anda melihat Indosiar atau Metro TV atau
RCTI melalui satelit anda bisa melihat siaran TV Digital. Tidak Harus plasma,
Tidak harus HD, karena stasiun TV Nasional masih memakai SDTV meskipun mereka
memancarkan secara digital lewat satelit Dengan memakai TV 14 inchi yang paling
murahpun anda bisa menonton TV digital. Sedangkan jika anda membeli TV LCD,
hampir semua bisa menerima signal Digital tanpa alat tambahan karena sudah
dilengkapi dengan receiver digital.
Dampak Penyiaran TV Digital
Dampak Positif
Banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital antara lain:
• Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
• Pengurangan terhadap efek noise,
• Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
• mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun kereta api).
• Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
Dampak Negatif
Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
• Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
• Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
• Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
• Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
Dampak Positif
Banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital antara lain:
• Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
• Pengurangan terhadap efek noise,
• Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
• mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun kereta api).
• Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
Dampak Negatif
Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
• Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
• Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
• Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
• Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
Pendapat tentang Prospek masa depan penyiaran televisi di Indonesia
dikaitkan dengan adanya digitalisasi sistem siaran televisi
Dengan
adanya kemajuan dalam teknologi di Indonesia, sudah seharusnya kita merasa
bangga. Karena tidak ada lagi kata ketertinggalan dalam segi teknologi. Namun
transisi dari perpindahan TV Analog ke TV Digital tidak mudah, banyaknya
tanggapan dari masyarakat atau pengguna yang berbeda-beda.
Di
era teknologi digital saat ini telah berkembang suatu paradigma baru yaitu
masyarakat yang disebut sebagai “Knowledge Based Society” atau masyarakat yang
berbasis pada pengetahuan. Yaitu masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
kemampunan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan
informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan. Selain
itu, di era teknologi digital ini telah terjadi konvergensi teknologi dalam
media penyiaran (broadcasting), media telekomunikasi dan media teknologi
informasi, misalnya siaran TV bisa dilihat di HP, siaran TV dilihat melalui
internet, demikian juga dengan adanya penyiaran TV digital nantinya akses
internet pun dapat melalui TV.
Transisi dari pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi
digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran
televisi. Agar dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital.
Namun, jika ingin tetap menggunakan pesawat televisi analog, penyiaran digital
dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak konverter (Set Top Box). Ketika menggunakan pesawat televisi analog, sinyal
penyiaran digital akan dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal analog.
Dengan demikian pengguna pesawat televisi analog tetap dapat menikmati siaran
televisi digital. Pengguna televisi analog tetap dapat menggunakan siaran
analog dan secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran digital tanpa
terputus layanan siaran yang digunakan selama ini.
Proses transisi yang berjalan secara perlahan dapat
meminimalkan risiko kerugian terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan
masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi mengenai program
siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat
mampu mengganti televisi analognya menjadi televisi digital, masyarakat
menerima siaran analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi operator televisi, risiko kerugian berasal dari
biaya membangun infrastruktur televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal
dibandingkan dengan membangun infrastruktur televisi analog. Operator televisi
dapat memanfaatkan infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini
seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya apabila operator televisi
dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV digital. Penerapan
pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya menyebabkan
operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Di kemudian
hari, penyelenggara penyiaran televisi digital dapat dibedakan ke dalam dua
posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
Pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan:
• Perubahan lingkungan eksternal,
antara lain:
1. Pasar TV analog yang sudah jenuh
2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
1. Pasar TV analog yang sudah jenuh
2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
• Perkembangan teknologi, misalnya:
1. Teknologi pemrosesan sinyal digital
2. Teknologi transmisi digital
3. Teknologi semikonduktor
4. Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi
1. Teknologi pemrosesan sinyal digital
2. Teknologi transmisi digital
3. Teknologi semikonduktor
4. Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi
Dampak yang timbul akibat adanya sistem siaran digital TV di Indonesia
Saat ini
populasi pesawat televisi tidak kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih
dari 200 juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan komputer, misalnya,
yang hanya sekitar 5,9 juta unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu
banyak di Indonesia.
Televisi
adalah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele
(jauh) dan vision (tampak) jadi televisi memiliki arti dapat melihat dari jarak
jauh. Penemuan
televisi ini mampu mengubah peradaban dunia. Semua gambar televisi dibentuk
oleh titik tunggal cahaya yang bergerak bolak-balik, depan-belakang atau
atas-bawah, secara cepat pada layar televisi yang tak tampak oleh mata,
sehingga yang terlihat hanyalah rangkaian gambar. Pada tahun 1884 Paul Nipkow
mencetuskan ide tentang pemindaian gambar dengan cara memecahkanya ke dalam
rangkaian titik cahaya yang bergerak secara linear menyeberangi sudut
pandangan. Sinyal televisi bekerja seperti radio AM, terkecuali dalam
penghubung pembawa frekuensi tinggi. Pada radio dari suara besar ke lembut
sedangkan televisi dari terang ke gelap. Perangkat televisi disinkronisasikan
dengan transmiter untuk menghasilkan pola yang tepat dari sebuah piksel yang
akan ditempatkan pada layar. Televisi ditransmisikan dengan dua pita frekuensi,
VHF (very high frequency) dan UHF (ultra high frequency), dan setiap saluran
memiliki lebar pita keseluruhan mencapai 6 MHz. Jaringan televisi pertama
menggunakan kabel coaxial dan teknologi gelombang mikro. Pada tahun
1970-an satelit menjadi standar dalam menghubungkan kabel dan jaringan
penyiaran kepada afiliasi mereka dan untuk mentransmisikan berita lokal dan
pergelaran olahraga ke kantor berita pusat. Saat ini, jaringan serat optik juga
ikut digunakan.
Kemunculan televisi
digital di indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama
ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan televisi
telivisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima
dengan peralihan ke TV digital ini adalah:
o
Perlunya pesawat TV baru atau kita perlu membeli TV Tuner baru
yang harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak
yang besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia masih
menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi digital ini
dapat mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada.
o
Mahalnya perangkat
transmisi dan operasional broadcast berbasis tehnologi digital merupakan
persoalan bagi kemampuan industri televisi di Indonesia. Bagaimanapun untuk bisa
menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar memang harus diganti
dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi secara digital.
Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan tingkat persaingan antar
sesama radio dan televisi swasta nasional sudah sangat berat, apalagi harus mengalokasikan
sekian persen pemasukan iklan digunakan untuk digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun televisi harus
siaran multicast atau operasional di dua saluran secara paralel: analog dan
digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat
membeli televisi digital.
o
Pada era penyiaran
digital terjadi konvergensi antar teknologi penyiaran
(broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT).
Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu
media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun
menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka
o
Terjadi migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital,
yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan
membuka peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan
fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat untuk
terlibat dalam industri penyiaran.
o
Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang
rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia,
industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru
untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.
Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik
untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun
analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis
terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas
tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada
pada anak – anak.
Sistem
penyiaran TV Digital penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem
penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90an dan diujicobakan pada
tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran
TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba
sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang
paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
TV digital
mempunyai tiga sistem standart yaitu:
• DVT (Digital Television), sistem yang berlaku di Amerika;
• DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Eropa; dan
• ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Jepang.
• DVT (Digital Television), sistem yang berlaku di Amerika;
• DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Eropa; dan
• ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Jepang.
Dyah
Manggalaratna NJ /153100104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar